Tak sedikit pun Sultan Mahmud memaafkan isteri Megat yang mengambil seulas nangka dari buah-buahan santapan penguasa itu. Padahal sudah dijelaskan, perempuan tersebut sedang mengidam karena mengandung anak dari bibit Megat Sri Rama. Lalu, kemenangan yang dibopong Megat, harus bersambut dengan berita mahaduka.
Megat masih memperlihatkan akhlak mulia saat membunuh Sultan Mahmud. Ia minta sultan dijulang sebagai hadiah keberhasilannya membasmi bajak laut. Padahal Megat sangat paham, justeru saat kaki Sultan tidak jejak ke bumi ketika dijulang itu, kesaktian pejabat nomor satu Johor tersebut hilang dan Megat dengan leluasa menancapkan keris ke jantungnya. Malahan Megat sempat berujar, “Maaf, patik mendurka.” (Rida K Liamsi, Megat, 2016).
/4/
“ADA yang mengatakan, Megat kembali ke Bintan setelah peristiwa tersebut. Beberapa tahun kemudian, baru dia meninggal,” balas saya kepada Wahab, juga melalui pesan pendek. Saya menambahkan, barangkali Datuk Bendahara yang mengambil alih tampuk pemerintahan karena menyangka sultan tidak berketurunan, tak kuasa mengurus Megat karena dia tahu orang itu tak akan macam-macam setelah meluahkan puncak kekesalannya.