Daya sastra Jebat pun tidak pula alang-kepalang. Dalam “Hikayat Hang Tuah” (A.Kasim Ahmad, peny., 1997) dilukiskan bagaimana ketika Sultan sedang di puncak galau, ia justeru meminta Jebat membaca hikayat. Sebegitu hebatnya Jebat bertutur, dapat membuat penguasa itu tertidur di pangkuannya. Jebat malah sempat menuturkan pantun sebelum terkulai di sisi Hang Tuah, “Rosak bawang titimpa jambaknya” (Kassim Ahmad, “Hikayat Hang Tuah”, 1997).
Soal hikayat dan pantun itu memang dapat didiskusikan yang insa Allah, akan berujung pada suatu kesepakatan baru. Akan terlihat misalnya bahwa hikayat yang dimaksudkan dalam karya ini berbentuk pantun, sedangkan pantun itu sendiri bisa bermakna kepada sifat, bukan bentuk. Oleh karena sifat, sampiran bisa hanya berbentuk satu baris asal memenuhi syarat sebagai pembayang.