Wahab membenarkan ketika saya menulis, “Sayang ya, begitu banyak kajian mengenai “Hikayat Hang Tuah” ditulis, tapi belum ada berkaitan dengan militer sebagai makhluk sastra yang justeru terdapat dalam karya ini. Bukan saja naskah ditinjau dari segi sastra sampai A.Teeuw menyimpulkan bahwa “Hikayat Hang Tuah” sebagai karya prosa Melayu yang belum ada tandingannya.”
Sampai di situ, saya sendiri saja terkejut dengan lintasan pikiran yang menggarisbawahi bahwa jangan-jangan “Hikayat Hang Tuah” ditulis di Bintan. Sebab dalam naskah ini, Hang Tuah dinyatakan tegas-tegas berasal dari pulau tersebut yang berkiprah di Melaka. Dalam naskah lain, misalnya dalam “Sulalatus Salatin” yang menjadi pijakan dasar pensejarahan Melayu, tidak disebutkan demikian–tentu saja dalam konteks ini, informasi tersebut bisa saja diabaikan.
/7/
BEGITU banyak kenangan bersama Bintan yang rasanya hampir tak terlupakan. Nama-nama laksamana dari Bintan masih bertebar sampai kini, dikukuhkan dari nama jalan samai perguruan tinggi, termasuk nama jabatan semacam panglima dan laksamana itu sendiri. Demikian pulalah, menyebut sejarah Melayu klasik dengan berbagai dinamikanya, seperti bertitik tolak dari Bintan, kemudian terkesan sebagai dari Bintan ke Bintan.