Beranda / Telaah / Pantun

Pantun

 

Persebaran

Pada masa lalu, pantun tersebar ke seluruh wilayah yang kini disebut sebagai negara-negara serumpun, hingga ke Madagaskar dan Afrika Selatan. Selain di alam Melayu, bentuk yang menyerupai pantun juga dikenal di Tiongkok (disebut Syi Cing), di Spanyol (disebut Copla), dan di Jepang, Iran, serta Jerman, sebagaimana dijelaskan Prampolini dalam Liaw Yock Fang (1993). Kaitan historis antara bentuk Syi Cing dan Copla masih memerlukan penelitian yang lebih mendalam.

Namun, sub-genre sastra yang disebut pantoum di dalam kebudayaan Prancis dan Inggris jelas berasal dari pantun! Orang Inggris dan Prancis mengenal pantun dari buku William Marsden berjudul A Grammar of the Malayan Language (1812); di dalamnya dimuat beberapa pantun berkait. Pantun itu mengilhami pengarang masyhur Prancis, Victor Hugo (26 Februari 1802 – 22 Mei 1885) menerbitkan versi Prancis terjemahan Ernest Founiet atas pantun berkait dari buku Marsden tersebut (tanpa rima) untuk catatannya atas buku Les Orientales (1829). Sejak itu, beberapa penyair Prancis berusaha menciptakan pantoums (pantun-pantun) mereka sendiri. Penyair Leconte de Lisle (22 Oktober 1818 – 17 Juli 1894), misalnya, menerbitkan 5 pantoum dalam bukunya yang berjudul Poème tragiques (1884). Kemudian, sebuah puisi terkenal karya pengarang dan filsuf masyhur abad ke-19 Prancis lainnya, Charles Baudelaire (9 April 1821 – 31 Agustus 1867), berjudul “Harmonie du Soir” juga dianggap bersumber dan menggunakan puitika pantoum. Oleh karena persebaran yang luas itu, pantun sepatutnya dianggap sebagai warisan budaya kolektif yang melampaui batas-batas negara dan budaya.

Bagikan

Lihat Juga

SASTRA LISAN DAN KESADARAN ‘RUANG’

SASTRA LISAN DAN KESADARAN ‘RUANG’ Oleh: Alvi Puspita Rindu Berbilang Rindu “Tapo-apo kojo Waang ma. ...