Yang mulia, para Sultan, pimpinan Kerabat Kerajaan, para pimpinan lembaga dan pucuk adat, alim-ulama, cerdik-cendekia.
Jemputan majelis yang dimuliakan Allah, yang besar tak dihimbau gelar, yang kecil tak disebut nama, yang berhimpun pepat di majelis ini.
Di dalam adat Melayu, pemimpin diibaratkan sebagai “pohon besar di tengah padang”: dari jauh mula nampak, dari dekat mula bersua, ke atas ia berpucuk, di tengah ia berbatang, di bawah berakar-tunggang; rimbun daunnya tempat berteduh, kuat dahannya tempat bergantung, besar batangnya tempat bersandar, kokoh akarnya tempat bersila, tempat beramu besar dan kecil, tempat kusut diselesaikan, tempat keruh dijernihkan, tempat sengketa disudahkan, tempat syara’ didirikan, tempat hukum dijalankan, tempat adat ditegakkan, tempat lembaga dituang, tempat undang diundangkan. Diungkapkan juga bahwa pemimpin itu “bagaikan tanjung pumpunan angin, bagaikan teluk timbunan kapar, bagaikan pucuk jala pumpunan tali, bagaikan kemuncak payung panji.”