Dalam lingkup dunia, keberadaan warisan pantun memberi sumbangan terhadap kesadaran pentingnya hubungan harmonis, baik secara vertikal (antara manusia dengan Sang Pencipta), maupun horisontal (antara sesama manusia dan manusia dengan alam). Pantun merayakan keseimbangan ekosistem, di mana alam adalah guru yang mengajarkan kearifan, bukan obyek eksploitasi keekonomian (seperti sekarang) yang bertumpu pada pemenuhan keinginan tanpa batas manusia. Khasanah warisan budaya pantun bisa menjadi suara penyeimbang (counter voices) terhadap dominasi antroposentrik dan praktik-praktik eksploitatif terhadap alam yang sedang berlangsung sekarang. Sejak berabad-abad lampau orang-orang di Nusantara menganjurkan agar manusia berguru kepada alam. Mungkin sekarang saatnya Nusantara menyerukan kepada dunia: berguru kepada pantun.
Tags melayu pantun unesco warisan budaya tak benda
Lihat Juga
SASTRA LISAN DAN KESADARAN ‘RUANG’
SASTRA LISAN DAN KESADARAN ‘RUANG’ Oleh: Alvi Puspita Rindu Berbilang Rindu “Tapo-apo kojo Waang ma. ...