Bagi Tenas Effendy, sastra dan seni adalah dermaga tempat bertolak keseluruhan penglibatan, pengabdian, dan pencapaian kebudayaan beliau. Sejak remaja lagi, ketika masih belajar di Sekolah Guru Bantu (SGB; setara SMP) di Bengkalis, beliau sudah menulis puisi. Pada paruh kedua dasawarsa 1950-an, beliau melukis dan menulis drama. Lukisan beliau menghidangkan kembali sungai dan lingkungannya; alam dan suasana yang akrab baginya sejak kecil di Kuala Panduk dan Pelalawan Riau.
Sebagai penulis drama, beliau menggali kisah sejarah dan cerita setempat, untuk kemudian dialih-bentukkan menjadi naskah lakon. Para seniman Riau tahun 1960an – 1980an menyebut jenis sastra itu, dan pertunjukannya, sebagai drama klasik. Puluhan drama sejenis ditulis oleh Tenas Effendy, namun yang dapat dikumpulkan hari ini tinggal belasan saja; di antaranya, yang paling terkenal, adalah Lancang Kuning dan Hang Jebat Mendurhaka.
Dalam kegiatan Pentas Seni-Budaya sempena Mengenang H. Tenas Effendy ini, sejumlah seniman seni pertunjukan yang bermastautin di kota Pekanbaru ‘bersekutu’ mementaskan Hang Jebat Mendurhaka. Bertindak sebagai penyelaras adalah H. OK Nizami Jamil, yang sejak remaja sudah bersahabat dengan Almarhum.
‘Persekutuan’ sudah dimulai dari awal, melibatkan gagasan-gagasan seniman Hang Kafrawi, Iwan Irawan Permadi, Pulsiamitra, Taufik Ikram Jamil, Willy Fwiandri, dan lain-lain. Maka di panggung Anjung Seni Idrus Tintin Bandar Serai, pada malam tarikh 26 Februari 2016 itu, di depan ratusan penonton yang memenuhi kursi yang tersedia, para pelakon seperti Monda Gianes, Jeffry Al-Malay dan lain-lain telah menghidangkan tafsir masakini terhadap naskah yang jangkar kisahannya berlabuh di ingatan pada tragedi pertikaman dua wira yang bersahabat, yaitu Hang Tuah dan Hang Jebat.
UPT Bandar Serai Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Riau selaku penyelenggara, pada malam itu juga menampilkan beberapa pertunjukan, termasuk video kesaksian H. OK Nizami Jamil atas penglibatan diri Tenas Effendy dalam dunia kesenian di Riau.
Mendahului itu, pada petang 26 Februari 2016, di Laman Bujang Mat Syam Bandar Serai ditampilkan kesenian lintas-etnik, seperti Barongsai (sumbangan Persatuan Sosial Marga Tionghoa – PSMTI Riau), Reog (sumbangan Ikatan Keluarga Jawa Riau – IKJR), tortor , dan lain-lain (sumbangan Ikatan Keluarga Batak Riau – IKBR). Sumbangan ini menjadi bagian dari penegasan hormat dan takdzim terhadap Tenas Effendy, bersama peranan dan budi beliau semasa hidupnya mengawal harmoni hubungan antar-etnik di negeri ini. (AA)