MANDAH- Ketua Umum Dewan Pimpinan Harian (DPH) Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) Datuk Seri Amanah Adat Melayu Riau Al azhar bersama Datuk Muda Setia Amanah Masyarakat Adat Melayu Riau Kabupaten Indragiri Hilir HM Wardan, melakukan Penabalan Datuk Penghulu Adat Se-Kecamatan Mandah, di Khairiah Mandah, Kecamatan Mandah, Indragiri Hilir, Selasa (3/5/2016).
Dalam acara yang bersamaan dengan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Se-Kecamatan Mandah yang ke-46 ini, diadakan juga pembekalan adat kepada para pemangku adat yang berlangsung sehari berikutnya, Rabu(4/5/2016) dengan narasumber Datuk Al azhar sendiri, Ketua Umum Majelis Kerapatan Adat (MKA) LAMRIndragiri Hilir Datuk Syamsuri Latif, dan pengurus LAMR asal Igal, Kecamatan Mandah Mosthamir Thalib.
Dalam acara penabalan datuk penghulu adat yang bersamaan dengan pawai pembukaan MTQ, dimeriahkan dengan Berdah Massal, yang dilakukan sekitar 300-an orang. Begitu pula pada malam harinya, ketika dilangsungkan pembukaan resmi MTQ, Berdah Massal ini mengiringi dan dikolaborasikan dengan tarian kreasi massal yang berakar pada budaya Melayu Mandah dan Islam.
Kesenian berdah yang biasanya ini dimainkan semalam suntuk pada Malam Berinai Pengantin Mandah ini, menurut Al azhar, bukan saja sangat perlu dipelihara, tetapi juga mesti dijadikan warisan budaya nasional dari Mandah Indragiri Hilir.
Datuk-Muda-Setia-Amanah-Masy.-Adat-Melayu-Riau-Inhil-HM-Wardan-memasang-selempang.
“Bisa saja dari daerah lain punya seni budaya seperti ini. Tetapi tetap punya perbedaan dan ciri khasnya tersendiri. Dan inilah Seni Berdah dari Mandah,” tambahnya.Menurut Al azhar, dia berharap LAM Mandah atau Inhil mulai melakukan kerja untuk mengajukan kepada pusat untuk menjadikan Berdah Mandah ini sebagai warisan seni budaya nasional.
Sementara Datuk Syamsuri Latif mengatakan, dia sangat mendukung keinginan Camat Mandah Umar Hamdy, menjadikan Mandah bagian dari intinya Riau sebagai pusat budaya Melayu di Asia Tenggara.Syamsuri menyebutkan juga, Mandah yang dulu bagian dari Kerajaan Riau Lingga ini, berpotensi jadi inti budaya Melayu di Riau, disebabkan selain masyarakatnya mayoritas masih asli Melayu, yaitu 95%, selebihnya Bahasa Melayu yang sama persis dengan Bahasa Nasional Malaysia ini masih terjaga dengan baik.
Mosthamir Thalib mengemukakan pula potensi lainnya dari Mandah ini. Khususnya potensi alam dan potensi budaya. “Makanan (kuliner, red.) khas Mandah ini banyak sekali dan sangat berpotensi menjadi makanan ekonomi kreatif atau jadi makanan industri ke depan,” katanya.
Ketua-Umum-DPH-LAMR-memberikan-pembekalan-kepada-para-pemangku-adat-se-Kecamatan-Mandah
Untuk kuliner yang terbuat dari sagu saja, menurut Mosthamir, banyak sekali jenisnya, mulai dari sagu rendang, sempolet, kerabu, dan macam-macam lagi. “Kalau sudah dikemas dan dipromosi dengan baik bukan tidak mungkin bisa dipasarkan di mana-mana dan masuk ke hotel-hotel berbintang,” tambahnya.Begitu pula dengan makanan dan penganan lainnya, seperti nasi dagang, penganan taman sari, bingka labu, dan macam-macam lagi.
Sedangkan soal potensi alam, Mosthamir menyebutkan, banyak sekali potensi daerah ini yang terbuang percuma tanpa dijadikan barang budaya yang bernilai ekonomi.
“Misalnya remah seberan batang kelapa, sabut dan tempurung kelapa. Minimal bisa dijadikan souvenir untuk dijual pada orang-orang Mandah di kota yang akan melakukan helat pernikahan. Itu baru dari bahan kelapa. Masih banyak bahan baku potensial lainnya dari dari daerah ini. Tinggal dinas pariwisata dan ekonomi kreatif atau dinas perindustrian, mau tidak membinanya” kata Mosthamir. (*)