Beranda / Telaah / Catatan Al azhar: Sastra dan Kebudayaan

Catatan Al azhar: Sastra dan Kebudayaan

Deformasi bahasa sebagai ciri sintaksis puisi bukanlah monopoli sesuatu zaman. Pantun Melayu (lisan maupun tulisan) yang sudah wujud sejak jauh di masa lampau, rahasianya pun terletak pada perlakuan-perlakuan deformatif ini. Hubungan makna antara larik pertama dan kedua pada sampiran, misalnya, seringkali menyisakan ruang terbuka untuk diisi dengan makna-makna yang tak terkira. Sedangkan antara larik-larik sampiran dengan pesan (isi) ternganga pula jurang makna, yang untuk mengarunginya kita (khalayak) hanya memiliki ‘jembatan’ berupa persajakan (rima) akhir, tengah, dan awal (kalau ada).

Begitulah, di dalam sastra termaktub pengertian proses produksi di depan latar kebudayaan. Sastra dengan demikian bukan hanya persoalan teknik, kiat-kiat artistik yang dapat dikenali dari tampilan luar sebuah karya. Saya percaya, sebuah karya sastra yang baik menyiratkan proses perburuan dan pergulatan makna-makna kebudayaan yang tanda-tandanya terdapat dalam bahasa. Pada titik ini saya membayangkan seorang sastrawan yang ‘tunduk-tengadah’ (seperti sejumlah narator dalam sastra-sastra pusaka Melayu) dengan pikiran mengembara mengarungi samudera luas tanda-tanda, menginterogasinya, memikirkannya kembali dengan cermat dan hati-hati, lagi dan lagi, untuk kemudian baru membentangkannya sebagai ekspresi pribadi bagi khalayaknya (pendengar, penyimak, pembaca). Pujangga, yang empunya cerita, dalang, dagang, fakir, gharib, tukang cerita (penamaan diri narator-narator dalam tradisi oral-aural dan naskah Melayu), dan pengarang, sastrawan, penyair, novelis (sebutan untuk produsen sastra di masa kini), memperoleh kewibawaan dari karyanya pertama-tama bukanlah karena ‘utak-atik’ teknik artistik (bakal) karyanya itu, tapi karena kesadaran, sikap, dan keprihatinan terhadap kenyataan (kebudayaan)-nya.

Bagikan

Lihat Juga

Syawal dalam Peristiwa Resiprokal Orang Melayu

Syawal dalam Peristiwa Resiprokal Orang Melayu oleh: Syaiful Anuar Menurut Ibnul ‘Allan asy Safii, kata ...