Siarangarang

Kepenghuluan Siarangarang; siyaang-ang, berada di pinggir Sungai Rokan berdekatan dengan Kepenghuluan Labuhandagang. Pada masa lampau, Siarangarang diyakini sebagai sebuah kerajaan di bawah taklukan Kerajaan Pekaitan. Kerajaan ini bertahan hingga abad ke-16 sebelum ditaklukan Kerajaan Aceh. Sejarah kerajaan Siarangarang berkaitan dengan cerita Puteri Hijau.

Penyebutan Siyaang-ang berasal dari nama Tuk Ponyaang (Datuk Penyarang) dan kata ‘arang’. Datuk Penyarang adalah datuk dan panglima kerajaan Pekaitan, sedangkan ‘arang’ merujuk pada bekas kerajaan Datuk Penyarang yang diserang dan dibakar Kerajaan Aceh.

Dikisahkah bahwa kerajaan Datuk Penyarang yaitu Kopalo Koto berdiri di tepi sungai Rokan, di kampung tua Kepenghuluaan Siarangarang saat ini. Pada bekas pusat kerajaan terdapat sebuah tapak mahligai yang diyakini masyarakat sebagai tapak mahligai Puteri Hijau, istri Datuk Penyarang. Konon, ketika Kerajaan Kopalo Koto diserang dan dihancurkan oleh Kerajaan Aceh, seluruh perkampungan beserta mahligai Putri Hijau hangus terbakar menyisakan arang-arang yang menggunung.

Kepenghuluan Siarangarang saat ini masuk dalam wilayah administrasi Kecamatan Pujud, Kabupaten Rokan Hilir. Pada dasawarsa 80-an Siarangarang merupakan perkampungan ramai dan salah satu penghasil ikan utama yang menjadikan Rokan Hilir sebagai penghasil ikan terbesar di dunia.

(N 010 24’ 97.6” – E 1000 44‘ 64.8”.)