PEKANBARU (KR)—Lautan manusia menyambut kedatangan Sandiaga Salahudin Uno (SSU) di Balai Adat Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR), Selasa petang semalam (4/9/18). Ia berjalan kaki dari rumah tokoh masyarakat Riau T. Lukman, Jalan Diponegoro, diiringi kompang, yang dipagar rapat agar perjalanannya tetap lancar
Teriakan histeris berkali-kali terdengar, diiringi takbir berkumandang. Sandi sekali-kali menerima jabatan tangan warga, sambil tidak lepas-lepas menebar senyum. Pakaiannya berwarna merah maron denan tanjak bentuk laksemana, amat cocok dengan kulitnya, sehingga sosok Sandi bak pangeran dari kayangan.
Suasana di dalam balairung Tenas Effendy, tempat upacara adat juga sangat padat. Tidak begitu mudah ia dapat masuk ke dalam balai tersebut. Panitia akhirnya melarikan Sandi lewat pintu samping, menghindar dari pintu utama.
Tak pelak, suasana ceria bertebar di mana-mana. Apalagi sekitar 20 menit setelah acara berlangsung, Datuk Seri Ulama Setia Negara Abdul Somad, muncul dalam ruangan. Mereka berdua kemudian dielu-elukan dalam suatu nada sebagai sosok penting di Tanah Air dari Riau.
Sampai Mati
Berbagai pihak hadir dalam acara yang dinamakan Upacara Adat Tepuk Terpung Tawar Terhadap H. Sandiaga Salahuddin Uno itu. Tampil sebagai penepuk tepung tawar antara lain H. Saleh Djasit, Wan Abu Bakar, Datuk Dubalai Nasrul, Batin Solapan Sakai M. Yatim, Ketua kerabat kerajaan Siak T. Mukhtar Anum, Ketua Kekerabatan Kerajaan Inderagiri H. Meizir Mit.
Tak kelah pentinbgnya, hadir LAMR kecamatan, kabupaten/ kota se-Riau. Selain itu adalah utusan kelompok masyarakat semacam Sakai, Laut, Talang Mamak, dan Bonai. Juga pemuka adat dari sejumlah provinsi di Sumatera, pimpinan pagayuban, dan masyarakat luas.
Memberi kata sambutan, SSU mengatakan, bahwa Riau merupakan daerah tmpah darahnya. Sebagai daerah kelahiran, tentu Riau akan dikenangnya sampai mati. Apalagi daerah ini begitu banyak memberi bukan saja bagi dirinya, tetapi juga Indonesia seperti melalui bahasa dan minyak. Malahan nyawa pun mereka pertaruhkan.
Untuk itu, kata Sandi, tidak ada alasan untuk meragukan kesetiaan Melayu terhadap bangsa ini. “Kita harus mempertahankan dan meningkatkannya,” kata Sandi.
Ia sendiri mengaku tidak menyangka disambut masyarakat Riau seperti acara yang dilaksanakan di LAMR terebut. “Hari ini, saya merasa sebagai orang yang sangat berbahagia di dunia,” katanya.
Pemimpin
Menurut Ketum DPH LAMR, Datuk Seri Syahril Abubakar, kerinduan kepada Sandi sudah sangat lama. Berbagai kalangan masyarakat bahkan meminta LAMR untuk berbuat sesuatu terhadap LAMR yang kini diwujudkan melalui Upacara Adat Tepuk Tepung Tawar.
Datuk Seri Ulama Setia Negara Abdul Somad yang memberi nasihat dalam bentuk syair mengatakan, sangat penting seorang pemimpin mengetahui dan memperhatikan suara masyarakat. Untuk itu, seorang pemimpin memang harus selalu mendengar.
Dalam syairnya, Somad malah mengatakan, pemimpin Indonesia jangan mudah meminjam kepada Cina. Di samping itu jangan pula senantiasa menjual aset negara.
Bagi Ketum MKA Datuk Seri Al azhar mengumpamakan Sandi dan UAS sebagai wapres tertukar. Namun jelas merupakan aset Riau, sehingga memiliki tanggung jawab pula untuk memajukan Riau secara khusus dan bangsa maupun negara secara umum.
Al azhar mengingatkan, bagi Melayu, pemimpin sangat penting. Ia diumpamakan sebagai pohan rindang di tengah padang, tempat berteduh banyak orang. Arif dan bijaksana ditopang dengan integritas yang tinggi.