lamriau.id-Pekanbaru, Ketua Forum Komunikasi Pemuka Masyarakat Riau (FKPMR) Drh Chaidir, menyampaikan peringatan bahwa jika status Daerah Istimewa Riau (DIR) tidak disetujui, Indonesia berisiko kehilangan potensi strategis yang ia sebut sebagai “induk ayam bertelur emas.”
Hal itu disampaikan dalam rapat terpumpun pembahasan naskah akademis DIR yang digelar Badan Pekerja Perwujudan Daerah Istimewa Riau (BPP DIR) bersama Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR), Sabtu (2/8/2025), di Pekanbaru.
“Riau ini punya posisi strategis dan potensi luar biasa. Jika tidak diberi ruang melalui status daerah istimewa, sama saja Indonesia kehilangan induk ayam yang bertelur emas,” kata Chaidir.
Menurutnya, Riau memiliki nilai tawar tinggi secara budaya dan geopolitik. Sebagai pusat kebudayaan Melayu dunia, Riau memiliki koneksi kultural dengan berbagai negara, bahkan hingga ke Madagaskar. Selain itu, posisinya sebagai pintu gerbang Indonesia ke dunia internasional memperkuat urgensi pemberian status istimewa.
Chaidir mengingat kembali pengalamannya saat menjabat pimpinan DPRD Riau, ketika Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) datang dan berdiskusi tentang visi Riau sebagai pusat kebudayaan Melayu. Dia menyebut pembahasan itu saat itu sangat serius karena berkaitan dengan isu disintegrasi bangsa.
“Riau punya link keluar. Budaya Melayu di Riau ini tersebar ke berbagai negara. Jadi kalau Indonesia ingin memperkuat relasi budaya internasional, Riau harus dijadikan daerah istimewa,” ujarnya.
Rapat terpumpun ini merupakan bagian dari rangkaian penyusunan naskah akademis yang akan menjadi dasar pengajuan resmi status keistimewaan bagi Provinsi Riau, dengan menekankan aspek budaya, sejarah, dan posisi strategis Riau di kancah nasional dan internasional.