lamriau.id-Pekanbaru, Gubernur Riau pada masanya, Saleh Djasit, sangat senang dan mendukung adanya perjuangan untuk status Riau menjadi daerah istimewa. Apalagi landasannya adalah sejarah dan kebudayaan.
“Secara pribasi saya sangat bangga dan bahagia adanya perjuangan menjadikan Riau sebagai daerah istimewa, apalagi LAMR diminta memimpin perjuangan ini. Tentunya lah hal ini berkaitan dengan budaya. Sebab, sudah lama kita mencanangkan bahwa Riau sebagai pusat kebudayaan Melayu dunia,” kata Saleh Djasit kepada Ketum Dewan Pimpinan Harian LAMR Provinsi Riau, Datuk Seri Taufik Ikram Jamil, yang bersilaturahmi ke rumahnya, Kamis petang (15/5/2025).
Dalam pandangan Saleh Djasit, tak ada alasan untuk tidak menjadikan Riau sebagai daerah istimewa, karena begitu besar negeri ini berkontribusi untuk negara. “Tak terbantahkan bahwa bahasa Indonesia itu berasal dari bahasa Melayu Riau,” ucap tokoh masyarakat Riau yang berkarisma ini.
Dari sisi kebudayaan, sambung Saleh Djasit, sejak zaman Presiden Soekarno lagi budaya Melayu Riau selalu menjadi istimewa. “Jika ada tamu negara datang, itu Presiden Soerkarno menari joget, joget serampang duabelas,” ungkap Saleh Djasit.
Dipandang dari jejak sejarah, ucap Saleh Djasit, bahwa sumbangsih negeri ini cukup besar terhadap kemerdekaan Republik Indonesia, hal ini ditandai bergabungnya kerajaan-kerajaan yang ada di Riau ke NKRI. “Belum lagi potensi alam Riau yang cukup luar biasa,” katanya.
Terkait landasan daerah istimewa Riau ini, Saleh Djasit senada dan segendang dengan Datuk Seri Taufik. “Patut dipertimbangkan daerah istimewa Riau bahwa
saat Indonesia merdeka, masih berdiri dengan kokoh sejumlah kerajaan Melayu yakni Siak, Indragiri, Pelalawan, Gunung Sahilan, Lima Luhak Rohul, dan pemerintahan adat Andiko 44,” kata Datuk Seri Taufik.
Kerajaan-kerajaan itu semua, sambung Datuk Seri Taufik, menyatakan bergabung dengan Republik Indonesia, sekaligus menyerahkan kedaulatan dan harta tak sedikit, termasuk harta milik pribadi.
Paling terkenal memang Sultan Syarif Kasyim II, bersamaan dengan kedaulatan, beliau menyerahkan ladang minyak seperti di Minas yang waktu itu sudah berproduksi sekitar 50.000 barrel per hari.
Pertimbangan lain daerah istimewa Riau, ungkap Datuk Seri Taufik, Riau menjadi salah satu pusat Kerajaan Sriwijaya yang menyebarkan bahasa Melayu.
“Patut juga dicatat bahwa dalam UU Provinsi Riau no. 19/2022 dicantumkan bahwa karekteristik Riau adalah adat dan budaya Melayu dengan keragaman kabupaten/ kotanya. Ini menjadi garis untuk keistimewaan Riau. Riau menjadi daerah istimewa adalah pemulihan yang seharus mendapat hal ini. Artinya memang sewajarnya,” ungkap Datuk Seri Taufik.