
lamriau.id-Pekanbaru, Sebuah video berdurasi 1 menit 28 detik menggugah hati ribuan netizen. Diposting akun TikTok @chikgu.hasan80, video ini isinya sederhana tapi informasinya sungguh dalam maknanya, tentang seorang siswi SMA Negeri 2, Kecamatan Tambang, Kampar, Riau, yang berhasil menembus salah satu fakultas seni paling bergengsi di Indonesia, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Institut Teknologi Bandung (ITB).
Namanya Baby Marsya, putri dari pasangan sederhana, ibunya menjalankan usaha laundry rumahan, sedangkan ayahnya bekerja sebagai tukang bengkel motor. Tapi keterbatasan itu tak pernah jadi halangan. Sejak kecil, Marsya suka menggambar, belajar secara otodidak dari buku-buku bekas dan internet.
Marsya tumbuh sebagai siswi berprestasi di SMA Negeri 2 Tambang. Tak hanya piawai di bidang seni, ia juga dikenal sebagai juara olimpiade kimia dan kerap menjuarai lomba lukis serta komik tingkat nasional. Kamar kecil di rumahnya penuh dengan piagam dan piala, jejak perjuangan panjang seorang anak daerah yang tak pernah berhenti bermimpi.
Karya lukis Marsya pada umumnya bercerita tetang kearifan lokal, budaya Melayu. Salah satu judul komitnya: “Suara Melayu, Melestarikan Kearifan Lokal.” Karakteristik inilah yang membuat nama dan karya Marsya menjadi perhatian banyak orang.
Puncaknya, Marsya lolos seleksi Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB. Bahkan, ia dijemput langsung oleh Wakil Rektor ITB untuk hadir dalam acara penerimaan mahasiswa baru. Suasana haru menyelimuti momen itu. Pak RT, para tetangga, hingga tokoh masyarakat ikut menyambut peristiwa langka itu, yang digelar di masjid dekat rumah Marsya.
Perjalanan Marsya juga mendapat perhatian dari PT Paragon Technology and Innovation lewat program sosial #paradreams. Marsya menerima penghargaan sebagai bentuk apresiasi atas kegigihannya.
“Saya suka menggambar sejak kecil. Orangtua saya selalu mendukung, walau mereka bukan dari dunia akademik atau seni,” kata Marsya saat ditemui di kampus ITB dalam teks yang ditulis @chikgu.hasan80.
Sang ibu pun tak kuasa menahan haru, “Kami dulu hanya bisa bantu sebisanya agar Marsya bisa terus sekolah. Sekarang dia bisa kuliah di ITB, itu seperti mimpi.”
Wakil Rektor ITB, Prof. Dr. Ir. Dedi Suryadi, mengatakan bahwa Marsya tak hanya berbakat, tapi juga punya karakter dan daya juang luar biasa, sosok seperti inilah yang menjadi harapan masa depan bangsa.
Sementara itu, pihak Paragon menyatakan komitmennya untuk terus mendukung pemuda-pemudi berbakat dari berbagai latar belakang. “Kisah Marsya adalah pengingat bahwa mimpi besar bisa tumbuh di tempat yang sederhana, selama ada kerja keras dan harapan,” ujar Aulia Rahman, Head of CSR Paragon.
Marsya bukan sekadar nama. Ia simbol bahwa dari bengkel dan tumpukan cucian, bisa tumbuh cahaya harapan yang kini menyala terang di kampus impian.